Makalah Praktikum Ekonomi Sumber
Daya Hutan Medan, Mei 2021
IDENTIFIKASI
PEMANFAATAN EKONOMI SATWA LIAR
Dosen
Penanggung Jawab:
Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si
Disusun Oleh :
Angelina Dame Ria Munte 191201043
Philip Jordan Simanjuntak 191201048
Adinda Rahmayani 191201056
Ratna Fadilah 191201058
Taruly Oktavyani Patricya 191201112
Daniel Sihombing 191201115
Grace Rama Novelyta Br Sembiring 191201120
Kelompok 3
HUT 4C
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERAA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah praktikum Ekonomi
Sumber Daya Hutan yang berjudul “Identifikasi Pemanfaatan Ekonomi Satwa Liar” dengan baik dan tepat waktu. Makalah praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas praktikum Ekonomi Sumber
Daya Hasil Hutan dan sebagai salah satu syarat masuk praktikum, Program Studi Kehutanan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian makalah praktikum
ini,
penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis
mengucapkan terimakasih yang banyak kepada Dr. Agus Purwoko,
S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan, yang telah mengajarkan materi
praktikum dengan baik begitu juga dengan asisten praktikum Ekonomi
Sumber Daya Hutan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan praktikum
yang hasilnya kemudian dituangkan dalam laporan ini.
Penulis sadar penulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, baik dari segi teknik maupun materi. Oleh sebab itu, penulis
sangat mengaharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan
makalah praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan ini. Akhir kata, semoga makalah Pratikum
Ekonomi Sumber Daya Hutan ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2021
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR
ISI..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3 Tujuan.................................................................................................. 2
BAB II ISI
2.1 Pengertian Satwa Liar.......................................................................... 3
2.2 Peranan Satwa Liar Bagi Kehidupan................................................... 3
2.3 Manfaat Satwa Liar Dalam Ekonomi.................................................. 4
2.4 Manfaat Satwa Liar Banteng............................................................... 4
2.5 Manfaat Satwa Liar Orang Utan......................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 6
3.2 Saran.................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejak
zaman nenek moyang hingga saat ini masyarakat Kalimantan dari berbagai suku
memanfaatkan satwa atau hewan untuk keperluan sehari-hari seperti kebutuhan
konsumsi (protein), keperluan ritual adat, pengobatan, kegiatan supranatural
dan komersial. Hubungan manusia dalam memanfaatkan satwa disebut juga dengan etnozoologi.
Manfaat satwa liar sebagai sumber pangan yaitu sebagai sumber protein hewani
yang memiliki nilai gizi yang baik. Satwa selain untuk dikonsumsi biasanya juga
digunakan sebagai obat atau untuk mengobati suatu penyakit. Adapun pemanfaatan
satwa liar sebagai bahan pangan (makanan) terutama pada bagian daging, kulit, susu,
dan telurnya yang digunakan secara langsung dan juga tidak langsung (Mirdat et al., 2019).
Tidak
hanya tumbuhan, satwa liar juga telah dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan
oleh etnis-etnis di dunia sejak dulu. Pemanfaatan tersebut ditujukan untuk
berbagai keperluan. Ada satwa yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi
subsisten, dijual (sebagian atau seluruh tubuh), digunakan sebagai obat
(penyembuh) penyakit tertentu, atau untuk keperluan adat istiadat kepada masyarakat
setempat. Dalam beberapa prasayarat, seringkali hubungan satwa liar dengan
kondisi sosial masyarakat diukur halnya dengan menghitung jumlah pemanfaatan
satwa liar oleh masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan, pada umumnya pada
etnis masyarakat tertentu, spesies satwa dimanfaatkan untuk keperluan-keperluan
sosial dan budaya (Budiman et al., 2018).
Salah
satu prinsip pengembangan ekowisata adalah memenuhi aspek pendidikan, yakni
kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur pendidikan. Ini
bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan memberikan informasi
menarik seperti nama dan manfaat satwa yang ada di sekitar daerah wisata, yakni
manfaat ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Kegiatan pendidikan bagi wisatawan
ini akan mendorong upaya pelestarian alam dan budaya, dimana kegiatan ini dapat
didukung oleh alat bantu seperti brosur, leaflet, buklet atau papan informasi (Atmoko,
2010).
Pemanfaatan satwa liar telah dilakukan oleh berbagai etnis di dunia
sejak dulu untuk memenuhi kebutuhan hidup, antara lain sebagai sumber bahan
makanan dan obat, sarana ritual kebudayaan dan kepentingan ekonomi subsisten.
Ragam pemanfaatan satwa merupakan implikasi dari beragamnya etnis, baik dalam
hal jenis satwa yang dimanfaatkan, bentuk pemanfaatan maupun cara
memanfaatkannya. Keragaman dalam pemanfaatan satwa mendorong terbentuknya pola
dalam pemanfaatan satwa tersebut, yaitu sebuah sistem dan sebuah bentuk yang
tetap dalam memanfaatkan berbagai jenis satwa. Hal ini berkaitan dengan proses
interaksi yang berkembang antara etnis yang tinggal di sekitar hutan dengan
alam lingkungannya dari waktu ke waktu. Bentuk pemanfaatan dan
beragamnya spesies satwaliar yang dimanfaatkan oleh etnis masyarakat
membuktikan bahwa manusia dan satwa memiliki hubungan khusus dan penting. Interaksi yang kuat melahirkan cara
tersendiri pada komunitas masyarakat dalam memperlakukan sumberdaya alamnya
(Novriyanti, 2019).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah
yang berjudul “Identifikasi Pemanfaatan Ekonomi Satwa Liar” adalah sebagai
berikut :
1.
Apa
pengertian dari Satwa Liar?
2.
Apa peranan
satwa liar bagi kehidupan?
3.
Apa saja
manfaat satwa liar dalam ekonomi?
4.
Apa saja
manfaat satwa liar banteng?
5.
Apa saja
manfaat satwa liar orang utan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah Praktikum Ekonomi Sumber
Daya Hutan yang berjudul “Identifikasi Pemanfaatan Ekonomi Satwa Liar” adalah
sebagai berikut :
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari satwa liar.
2.
Untuk
mengetahui peranan satwa liar bagi kehidupan.
3.
Untuk
mengetahui manfaat satwa liar dalam ekonomi.
4.
Untuk
mengetahui manfaat satwa liar banteng.
5.
Untuk
mengetahui manfaat satwa liar orang utan.
BAB II
ISI
2.1
Pengertian Satwa Liar
Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya satwa liar merupakan semua binatang yang hidup di darat, di air dan di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
2.2 Peranan Satwa Liar Bagi Ekologi dan Kehidupan Manusia
Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini kegiatan
ekowisata telah menjadi salah satu sasaran pembangunan untuk memanfaatkan
sumberdaya hutan yang berkelanjutan, yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar
hutan, serta sekaligus meningkatkan peranan masyarakat dalam melakukan
konservasi sumberdaya hutan. Kegiatan ekowisata ini tidak hanya meningkatkan
pendapatan masyarakat, tetapi juga meningkatkan pendapatan pemerintah, baik
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Sumberdaya alam yang sangat menarik untuk dijadikan
sebagai objek ekowisata, salah satunya adalah satwaliar karena mempunyai
peranan yang unik dalam ekosistem Peranan satwa liar dalam ekosistem antara
lain (1) berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan
dalam ekosistem), (2) membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang
mempunyai perbedaan antara posisi benang sari dan putik, (3) sebagai predator
hama (serangga, tikus, dsb), (4) penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan
dalam mendistribusikan bijinya.
2.3
Manfaat Satwa Liar
Manfaat satwa liar sebagai sumber pangan
yaitu sebagai sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi yang baik. Satwa
selain untuk dikonsumsi biasanya juga digunakan sebagai obat atau untuk
mengobati suatu penyakit. Pemanfaatan satwa liar sebagai bahan pangan (makanan)
terutama pada bagian daging, susu, dan telurnya yang digunakan secara langsung
dan tidak langsung. Satwa
liar pun bermanfaat bagi manusia, antara lain (1) sebagai bahan penelitian,
pendidikan lingkungan, dan objek wisata (ekoturism),
(2) sebagai sumber protein yang berasal dari daging dan telurnya (3) memiliki
nilai estetika, diantaranya warna bulunya yang indah, suaranya yang merdu,
tingkahnya yang atraktif sehingga banyak dijadikan objek dalam lukisan, atau
sebagai inspirasi dalam pembuatan lagu maupun puisi, (4) memiliki nilai
ekonomi.
Di Kalimantan Timur terdapat delapan kelompok
etnis yang memanfaatkan macan dahan untuk kegiatan budaya, sementara tiga etnis
lain di DAS Malinau menggunakan satwa herbivora untuk memenuhi kebutuhan
protein. Sebanyak 54 jenis satwa diketahui digunakan masyarakat Jawa Tengah
sebagai obat tradisional. Masyarakat Desa Serangan, Denpasar, Bali,
memanfaatkan penyu untuk keperluan ekonomi lokal, adat dan upacara agama Hindu.
Biawak digunakan oleh Suku Yaur di Papua sebagai minyak pijat dan obat
tradisional.
2.4
Manfaat Ekonomi dari Banteng
Sebagian besar masyarakat berpandangan banteng tidak mempunyai manfaat, sebagian kecil menganggap banteng hanya merupakan obyek wisata alam dan selebihnya menyatakan tidak tahu. Masyarakat yang menyatakan tidak tahu sebenarnya sama persepsinya dengan yang menyatakan bahwa banteng tidak bermanfaat, karena di satu sisi masyarakat tidak boleh memanfaatkan banteng karena statusnya dilindungi, di sisi lain masyarakat merasa dirugikan oleh gangguan banteng. Tingginya tingkat gangguan satwaliar, khususnya banteng yang dialami petani serta tingkat pendidikan yang relatif rendah menjadikan masyarakat memiliki persepsi yang kurang baik terhadap banteng. Memanfaatkan banteng untuk ditangkarkan atau semennya digunakan untuk inseminasi dalam rangka meningkatkan bobot badan sapi lokal. Minat masyarakat memanfaatkan banteng cukup tinggi karena harganya yang lebih mahal dibandingkan sapi lokal. Harga sapi bali umur tiga tahun sekitar sembilan juta rupiah sedangkan harga banteng dewasa menurut perkiraan responden bisa mencapai 20 juta rupiah atau setara dengan harga sapi limosin yang merupakan sapi impor.
2.5 Manfaat Ekonomi dari Orang Utan
Orang utan (Pongo pygmaeus) adalah satwa langka
yang dilindungi dengan penyebaran yang sangat terbatas di Sumatera dan
Kalimantan. Dengan terbatasnya habitat dan populasi orang utan yang termasuk
dalam kawasan konservasi, terjadinya degradasi hutan yang berdampak penting
bagi habitat dan populasi, maka kawasan hutan di luar kawasan konservasi
menjadi penting untuk pelestarian orang utan. Dalam hal ini hutan produksi
telah diketahui sebagai ekosistem esensial untuk tujuan
pelestarian. Populasi orang utan (Pongo pygmaeus) hanya terdapat di
hutan Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 1987, populasi orang utan
diperkirakan 4.000-180.000 individu, dan antara tahun 1996-97 terjadi penurunan
populasi sebesar 12% dari perkiraan populasi total 4075 individu dan pada tahun
90-an kehilangan habitat orang utan di Kalimantan Timur telah mencapai 56%.
Fungsi orang
utan
bagi hutan dan manusia, orang
utan
merupakan spesies dasar bagi konservasi disebut umbrella species karena
memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan dan biji-bijian
yang mereka makan (seed disperser). Hilangnya orang
utan
mencerminkan hilangnya ratusan spesies tanaman dan hewan pada ekosistem hutan
hujan. Hutan primer dunia yang tersisa merupakan dasar kesejahteraan manusia,
dan kunci dari planet yang sehat adalah keanekaragaman hayati, menyelamatkan
orang utan turut menolong mamalia,
burung, reptil, amfibi, serangga, tanaman, dan berbagai macam spesies lainnya
yang hidup di hutan hujan Indonesia.
Keterkaitannya orang utan dengan manusia antara lain karena orang utan melindungi manusia dari penyakit yang ada di dalam
hutan. Manusia sangat bergantung terhadap hutan seperti halnya orang utan yaitu sumber air, pangan dan udara yang bersih.
Selain juga manusia memerlukan sumber ilmu pengetahuan, rekreasi dan mata pencaharian
Pariwisata, orang utan dan hutan yang
bagus mendatangkan wisatawan. Dampak pariwisata bisa meningkatkan perekonomian
masyarakat. Saat ini orang
utan
di ambang kepunahan, diperkirakan orang
utan
akan menjadi spesies kera besar pertama yang punah di alam liar. Penyebab
utamanya adalah berkurangnya habitat dan perdagangan hewan. Kebakaran merupakan
salah satu penyebab punahnya orangutan. Karena disamping mereka menjadi korban
kebakaran, juga karena habitat mereka telah musnah hingga makanan sulit
didapat. Perkelahian yang terjadi antar pejantan karena perebutan areal akibat
penyempitan wilayah sebagai dampak dari kerusakan hutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Satwa liar merupakan semua binatang yang
hidup di darat, di air dan di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik
yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.
2. Peranan satwa liar dalam ekosistem antara lain berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan dalam ekosistem), membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai perbedaan antara posisi benang sari dan putik, sebagai predator hama (serangga, tikus, dsb), penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam mendistribusikan bijinya.
3. Satwa liar pun bermanfaat bagi manusia, antara lain sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek wisata (ekoturism), sebagai sumber protein yang berasal dari daging dan telurnya, memiliki nilai estetika, diantaranya warna bulunya yang indah, suaranya yang merdu, tingkahnya yang atraktif sehingga banyak dijadikan objek dalam lukisan, atau sebagai inspirasi dalam pembuatan lagu maupun puisi, memiliki nilai ekonomi.
4. Memanfaatkan banteng untuk ditangkarkan atau
semennya digunakan untuk inseminasi dalam rangka meningkatkan bobot badan sapi
lokal. Minat masyarakat memanfaatkan banteng cukup tinggi karena harganya yang
lebih mahal dibandingkan sapi lokal.
5. Fungsi orang utan bagi hutan dan manusia, orang utan
merupakan spesies dasar bagi konservasi disebut umbrella species karena
memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan dan
biji-bijian yang mereka makan.
3.2
Saran
Sebaiknya
para praktikan lebih memperhatikan lagi jenis-jenis satwa liar yang memberikan
manfaat ekonomis tinggi bagi masyarakat dan mengidentifikasi nya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, A dan D. Nurdin. 2010.
Potensi dan Kebijakan Pengelolaan Satwa Liar di Hutan Pendidikan Unhas.
Prosiding Hasil-Hasil Litbang Mendukung Rehabilitasi dan Konservasi Hutan Untuk
Kesejahteraan Masyarakat. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi
dan Rehabilitasi.
Achmad A, Putu ON, Anwar U, Asrianny. 2013.
Potensi Keanekaragaman Satwaliar Untuk Pengembangan Ekowisata di Laboratorium
Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Hutan Pendidikan Unhas. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea,
2(2): 79 – 92.
Atmoko T. 2010. Strategi
pengembangan ekowisata pada habitat bekantan
(Nasalis larvatus wurmb.) di Kuala
Samboja, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian
Hutan dan Konservasi Alam, 7(4), 425- 437.
Bismark M. 2015.
Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di Kompleks Hutan Muara
Lesan Berau, Kalimantan Timur. Jurnal Plasma Nutfah, 11(2):74-82.
Budiman MAK, Christian Y. 2018.
Struktur Pemanfaatan Keragaman Hayati Satwa Liar Oleh Masyarakat Di Kawasan
Pesisir Distrik Tomu Kabupaten Teluk Bintuni Papua Barat. Coastal And Ocean Journal, 4(2) : 95–110.
Garsetiasih
R. 2015. Persepsi Masyarakat Sekitar Kawasan TNMB dan TNAP Yang Terganggu
Satwaliar Terhadap Konservasi Banteng. Jurnal
Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 12(2) : 119 – 135.
Novriyanti. 2019. Pemanfaatan
Satwaliar oleh Masyarakat Sekitar Hutan Desa Beringin Tinggi, Kabupaten
Merangin, Provinsi Jambi. Jurnal Sylva
Tropika, 3(2): 142-150.
Mirdad I, Kartikawati SM, Siahaan
S. 2019. Jenis Satwa Liar Yang Diperdagangkan Sebagai Bahan Pangan Di Kota
Pontianak. Jurnal Hutan Lestari, 7(1):
287-295.
Informasi yang sangat bermanfaat
BalasHapusSangat menarik, tetap lanjutkan
BalasHapus