Senin, 24 Mei 2021

Identifikasi Pemanfaatan Ekonomi Satwa Liar

Makalah Praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan                           Medan,   Mei 2021

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN EKONOMI SATWA LIAR

Dosen Penanggung Jawab:

Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si

Disusun Oleh :

Angelina Dame Ria Munte                                       191201043

Philip Jordan Simanjuntak                                      191201048

Adinda Rahmayani                                                   191201056

Ratna Fadilah                                                            191201058

Taruly Oktavyani Patricya                                      191201112

Daniel Sihombing                                                      191201115

Grace Rama Novelyta Br Sembiring                      191201120

Kelompok 3

HUT 4C

 

 





PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERAA UTARA

MEDAN

2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan yang berjudul “Identifikasi Pemanfaatan Ekonomi Satwa Liar” dengan baik dan tepat waktu. Makalah praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum Ekonomi Sumber Daya Hasil Hutan dan sebagai salah satu syarat masuk praktikum, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian makalah praktikum ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih yang banyak kepada Dr. Agus Purwoko, S.Hut., M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Hutan, yang telah mengajarkan materi praktikum dengan baik begitu juga dengan asisten  praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan yang telah membantu penulis dalam melaksanakan praktikum yang hasilnya kemudian dituangkan dalam laporan ini.

Penulis sadar penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi teknik maupun materi. Oleh sebab itu, penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan ini. Akhir kata, semoga makalah Pratikum Ekonomi Sumber Daya Hutan ini bermanfaat bagi kita semua.

 

 

 

                                                                                                   Medan,    Mei  2021

 

 

                                                                                                                                                                         Penulis

 

 

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................ 2

1.3 Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II ISI

2.1 Pengertian Satwa Liar.......................................................................... 3

2.2 Peranan Satwa Liar Bagi Kehidupan................................................... 3

2.3 Manfaat Satwa Liar Dalam Ekonomi.................................................. 4

2.4 Manfaat Satwa Liar Banteng............................................................... 4

2.5 Manfaat Satwa Liar Orang Utan......................................................... 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 6

3.2 Saran.................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA




BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejak zaman nenek moyang hingga saat ini masyarakat Kalimantan dari berbagai suku memanfaatkan satwa atau hewan untuk keperluan sehari-hari seperti kebutuhan konsumsi (protein), keperluan ritual adat, pengobatan, kegiatan supranatural dan komersial. Hubungan manusia dalam memanfaatkan satwa disebut juga dengan etnozoologi. Manfaat satwa liar sebagai sumber pangan yaitu sebagai sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi yang baik. Satwa selain untuk dikonsumsi biasanya juga digunakan sebagai obat atau untuk mengobati suatu penyakit. Adapun pemanfaatan satwa liar sebagai bahan pangan (makanan) terutama pada bagian daging, kulit, susu, dan telurnya yang digunakan secara langsung dan juga tidak langsung (Mirdat et al., 2019).

Tidak hanya tumbuhan, satwa liar juga telah dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan oleh etnis-etnis di dunia sejak dulu. Pemanfaatan tersebut ditujukan untuk berbagai keperluan. Ada satwa yang digunakan untuk kebutuhan konsumsi subsisten, dijual (sebagian atau seluruh tubuh), digunakan sebagai obat (penyembuh) penyakit tertentu, atau untuk keperluan adat istiadat kepada masyarakat setempat. Dalam beberapa prasayarat, seringkali hubungan satwa liar dengan kondisi sosial masyarakat diukur halnya dengan menghitung jumlah pemanfaatan satwa liar oleh masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan, pada umumnya pada etnis masyarakat tertentu, spesies satwa dimanfaatkan untuk keperluan-keperluan sosial dan budaya (Budiman et al., 2018).

Salah satu prinsip pengembangan ekowisata adalah memenuhi aspek pendidikan, yakni kegiatan pariwisata yang dilakukan sebaiknya memberikan unsur pendidikan. Ini bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain dengan memberikan informasi menarik seperti nama dan manfaat satwa yang ada di sekitar daerah wisata, yakni manfaat ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Kegiatan pendidikan bagi wisatawan ini akan mendorong upaya pelestarian alam dan budaya, dimana kegiatan ini dapat didukung oleh alat bantu seperti brosur, leaflet, buklet atau papan informasi (Atmoko, 2010).

Pemanfaatan satwa liar telah dilakukan oleh berbagai etnis di dunia sejak dulu untuk memenuhi kebutuhan hidup, antara lain sebagai sumber bahan makanan dan obat, sarana ritual kebudayaan dan kepentingan ekonomi subsisten. Ragam pemanfaatan satwa merupakan implikasi dari beragamnya etnis, baik dalam hal jenis satwa yang dimanfaatkan, bentuk pemanfaatan maupun cara memanfaatkannya. Keragaman dalam pemanfaatan satwa mendorong terbentuknya pola dalam pemanfaatan satwa tersebut, yaitu sebuah sistem dan sebuah bentuk yang tetap dalam memanfaatkan berbagai jenis satwa. Hal ini berkaitan dengan proses interaksi yang berkembang antara etnis yang tinggal di sekitar hutan dengan alam lingkungannya dari waktu ke waktu. Bentuk pemanfaatan dan beragamnya spesies satwaliar yang dimanfaatkan oleh etnis masyarakat membuktikan bahwa manusia dan satwa memiliki hubungan khusus dan penting. Interaksi yang kuat melahirkan cara tersendiri pada komunitas masyarakat dalam memperlakukan sumberdaya alamnya (Novriyanti, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

            Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Identifikasi Pemanfaatan Ekonomi Satwa Liar” adalah sebagai berikut :

1.    Apa pengertian dari Satwa Liar?

2.    Apa peranan satwa liar bagi kehidupan?

3.    Apa saja manfaat satwa liar dalam ekonomi?

4.    Apa saja manfaat satwa liar banteng?

5.    Apa saja manfaat satwa liar orang utan?

 

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah Praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan yang berjudul “Identifikasi Pemanfaatan Ekonomi Satwa Liar” adalah sebagai berikut :

1.    Untuk mengetahui pengertian dari satwa liar.

2.    Untuk mengetahui peranan satwa liar bagi kehidupan.

3.    Untuk mengetahui manfaat satwa liar dalam ekonomi.

4.    Untuk mengetahui manfaat satwa liar banteng.

5.    Untuk mengetahui manfaat satwa liar orang utan.



BAB II

ISI

2.1 Pengertian Satwa Liar

            Menurut Undang-Undang No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya satwa liar merupakan semua binatang yang hidup di darat, di air dan di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.

2.2 Peranan Satwa Liar Bagi Ekologi dan Kehidupan Manusia

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini kegiatan ekowisata telah menjadi salah satu sasaran pembangunan untuk memanfaatkan sumberdaya hutan yang berkelanjutan, yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar hutan, serta sekaligus meningkatkan peranan masyarakat dalam melakukan konservasi sumberdaya hutan. Kegiatan ekowisata ini tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga meningkatkan pendapatan pemerintah, baik pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.

Sumberdaya alam yang sangat menarik untuk dijadikan sebagai objek ekowisata, salah satunya adalah satwaliar karena mempunyai peranan yang unik dalam ekosistem Peranan satwa liar dalam ekosistem antara lain (1) berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan dalam ekosistem), (2) membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai perbedaan antara posisi benang sari dan putik, (3) sebagai predator hama (serangga, tikus, dsb), (4) penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam mendistribusikan bijinya.

2.3 Manfaat Satwa Liar

            Manfaat satwa liar sebagai sumber pangan yaitu sebagai sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi yang baik. Satwa selain untuk dikonsumsi biasanya juga digunakan sebagai obat atau untuk mengobati suatu penyakit. Pemanfaatan satwa liar sebagai bahan pangan (makanan) terutama pada bagian daging, susu, dan telurnya yang digunakan secara langsung dan tidak langsung. Satwa liar pun bermanfaat bagi manusia, antara lain (1) sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek wisata (ekoturism), (2) sebagai sumber protein yang berasal dari daging dan telurnya (3) memiliki nilai estetika, diantaranya warna bulunya yang indah, suaranya yang merdu, tingkahnya yang atraktif sehingga banyak dijadikan objek dalam lukisan, atau sebagai inspirasi dalam pembuatan lagu maupun puisi, (4) memiliki nilai ekonomi.

            Di Kalimantan Timur terdapat delapan kelompok etnis yang memanfaatkan macan dahan untuk kegiatan budaya, sementara tiga etnis lain di DAS Malinau menggunakan satwa herbivora untuk memenuhi kebutuhan protein. Sebanyak 54 jenis satwa diketahui digunakan masyarakat Jawa Tengah sebagai obat tradisional. Masyarakat Desa Serangan, Denpasar, Bali, memanfaatkan penyu untuk keperluan ekonomi lokal, adat dan upacara agama Hindu. Biawak digunakan oleh Suku Yaur di Papua sebagai minyak pijat dan obat tradisional.

2.4 Manfaat Ekonomi dari Banteng

            Sebagian besar masyarakat berpandangan banteng tidak mempunyai manfaat, sebagian kecil menganggap banteng hanya merupakan obyek wisata alam dan selebihnya menyatakan tidak tahu. Masyarakat yang menyatakan tidak tahu sebenarnya sama persepsinya dengan yang menyatakan bahwa banteng tidak bermanfaat, karena di satu sisi masyarakat tidak boleh memanfaatkan banteng karena statusnya dilindungi, di sisi lain masyarakat merasa dirugikan oleh gangguan banteng. Tingginya tingkat gangguan satwaliar, khususnya banteng yang dialami petani serta tingkat pendidikan yang relatif rendah menjadikan masyarakat memiliki persepsi yang kurang baik terhadap banteng. Memanfaatkan banteng untuk ditangkarkan atau semennya digunakan untuk inseminasi dalam rangka meningkatkan bobot badan sapi lokal. Minat masyarakat memanfaatkan banteng cukup tinggi karena harganya yang lebih mahal dibandingkan sapi lokal. Harga sapi bali umur tiga tahun sekitar sembilan juta rupiah sedangkan harga banteng dewasa menurut perkiraan responden bisa mencapai 20 juta rupiah atau setara dengan harga sapi limosin yang merupakan sapi impor.

2.5 Manfaat Ekonomi dari Orang Utan

Orang utan (Pongo pygmaeus) adalah satwa langka yang dilindungi dengan penyebaran yang sangat terbatas di Sumatera dan Kalimantan. Dengan terbatasnya habitat dan populasi orang utan yang termasuk dalam kawasan konservasi, terjadinya degradasi hutan yang berdampak penting bagi habitat dan populasi, maka kawasan hutan di luar kawasan konservasi menjadi penting untuk pelestarian orang utan. Dalam hal ini hutan produksi telah diketahui sebagai ekosistem  esensial untuk tujuan pelestarian. Populasi orang utan (Pongo pygmaeus) hanya terdapat di hutan Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 1987, populasi orang utan diperkirakan 4.000-180.000 individu, dan antara tahun 1996-97 terjadi penurunan populasi sebesar 12% dari perkiraan populasi total 4075 individu dan pada tahun 90-an kehilangan habitat orang utan di Kalimantan Timur telah mencapai 56%.

Fungsi orang utan bagi hutan dan manusia, orang utan merupakan spesies dasar bagi konservasi disebut umbrella species karena memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan dan biji-bijian yang mereka makan (seed disperser). Hilangnya orang utan mencerminkan hilangnya ratusan spesies tanaman dan hewan pada ekosistem hutan hujan. Hutan primer dunia yang tersisa merupakan dasar kesejahteraan manusia, dan kunci dari planet yang sehat adalah keanekaragaman hayati, menyelamatkan orang utan turut menolong mamalia, burung, reptil, amfibi, serangga, tanaman, dan berbagai macam spesies lainnya yang hidup di hutan hujan Indonesia.

Keterkaitannya orang utan dengan manusia antara lain karena orang utan melindungi manusia dari penyakit yang ada di dalam hutan. Manusia sangat bergantung terhadap hutan seperti halnya orang utan yaitu sumber air, pangan dan udara yang bersih. Selain juga manusia memerlukan sumber ilmu pengetahuan, rekreasi dan mata pencaharian Pariwisata, orang utan dan hutan yang bagus mendatangkan wisatawan. Dampak pariwisata bisa meningkatkan perekonomian masyarakat. Saat ini orang utan di ambang kepunahan, diperkirakan orang utan akan menjadi spesies kera besar pertama yang punah di alam liar. Penyebab utamanya adalah berkurangnya habitat dan perdagangan hewan. Kebakaran merupakan salah satu penyebab punahnya orangutan. Karena disamping mereka menjadi korban kebakaran, juga karena habitat mereka telah musnah hingga makanan sulit didapat. Perkelahian yang terjadi antar pejantan karena perebutan areal akibat penyempitan wilayah sebagai dampak dari kerusakan hutan.



BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1.   Satwa liar merupakan semua binatang yang hidup di darat, di air dan di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia.

2.   Peranan satwa liar dalam ekosistem antara lain berperan dalam proses ekologi (sebagai penyeimbang rantai makanan dalam ekosistem), membantu penyerbukan tanaman, khususnya tanaman yang mempunyai perbedaan antara posisi benang sari dan putik, sebagai predator hama (serangga, tikus, dsb), penyebar/agen bagi beberapa jenis tumbuhan dalam mendistribusikan bijinya.

3.  Satwa liar pun bermanfaat bagi manusia, antara lain sebagai bahan penelitian, pendidikan lingkungan, dan objek wisata (ekoturism), sebagai sumber protein yang berasal dari daging dan telurnya, memiliki nilai estetika, diantaranya warna bulunya yang indah, suaranya yang merdu, tingkahnya yang atraktif sehingga banyak dijadikan objek dalam lukisan, atau sebagai inspirasi dalam pembuatan lagu maupun puisi, memiliki nilai ekonomi.

4.   Memanfaatkan banteng untuk ditangkarkan atau semennya digunakan untuk inseminasi dalam rangka meningkatkan bobot badan sapi lokal. Minat masyarakat memanfaatkan banteng cukup tinggi karena harganya yang lebih mahal dibandingkan sapi lokal.

5.   Fungsi orang utan bagi hutan dan manusia, orang utan merupakan spesies dasar bagi konservasi disebut umbrella species karena memegang peranan penting bagi regenerasi hutan melalui buah-buahan dan biji-bijian yang mereka makan.

3.2 Saran

            Sebaiknya para praktikan lebih memperhatikan lagi jenis-jenis satwa liar yang memberikan manfaat ekonomis tinggi bagi masyarakat dan mengidentifikasi nya.



DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A dan D. Nurdin. 2010. Potensi dan Kebijakan Pengelolaan Satwa Liar di Hutan Pendidikan Unhas. Prosiding Hasil-Hasil Litbang Mendukung Rehabilitasi dan Konservasi Hutan Untuk Kesejahteraan Masyarakat. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi.

Achmad A, Putu ON, Anwar U, Asrianny. 2013. Potensi Keanekaragaman Satwaliar Untuk Pengembangan Ekowisata di Laboratorium Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Hutan Pendidikan Unhas. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 2(2): 79 – 92.

Atmoko T. 2010. Strategi pengembangan ekowisata pada habitat bekantan
(Nasalis larvatus wurmb.) di Kuala Samboja, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 7(4), 425- 437.

Bismark M. 2015. Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di Kompleks Hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur. Jurnal Plasma Nutfah, 11(2):74-82.

Budiman MAK, Christian Y. 2018. Struktur Pemanfaatan Keragaman Hayati Satwa Liar Oleh Masyarakat Di Kawasan Pesisir Distrik Tomu Kabupaten Teluk Bintuni Papua Barat. Coastal And Ocean Journal, 4(2) : 95–110.

Garsetiasih R. 2015. Persepsi Masyarakat Sekitar Kawasan TNMB dan TNAP Yang Terganggu Satwaliar Terhadap Konservasi Banteng. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, 12(2) : 119 – 135.

Novriyanti. 2019. Pemanfaatan Satwaliar oleh Masyarakat Sekitar Hutan Desa Beringin Tinggi, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Jurnal Sylva Tropika, 3(2): 142-150.

Mirdad I, Kartikawati SM, Siahaan S. 2019. Jenis Satwa Liar Yang Diperdagangkan Sebagai Bahan Pangan Di Kota Pontianak. Jurnal Hutan Lestari, 7(1): 287-295.


2 komentar: